Musibah kekeringan berkepanjangan yang berdampak pada bencana kelaparan massal di Afrika Timur sejak awal tahun 2017, mengetuk organisasi kemanusiaan Indonesia, Yayasan Peduli Muslim, untuk mengirimkan bantuan di kawasan tersebut. Ada delapan negara yang terkena dampak bencana ini, yaitu Somalia, Djibouti, Kenya, Eritrea, Uganda, Ethiopia, Sudan, dan Sudan Selatan. OIC (Organisation of Islamic Cooperation) menyebutkan bahwa bencana ini mengancam tujuh belas juta jiwa di negara-negara tersebut, dengan Somalia sebagai negara yang terkena dampak paling parah karena kelaparan di negara ini diderita setengah jumlah penduduk negara, yaitu enam juta jiwa.
Peduli Muslim mengirimkan tim kecil untuk langsung meninjau kondisi Somalia, memetakan kebutuhan masyarakat setempat, sekaligus membawa dana bantuan darurat. Senin, 22 Mei 2017 kedua relawan ini telah tiba di ibukota Somalia, Mogadishu, kota yang terkenal dengan peristiwa jatuhnya helikopter Sikorsky UH-60 Black Hawk milik Amerika, yang kemudian difilmkan dengan judul Black Hawk Down. Tim Peduli Muslim pun menginap di penginapan yang lokasinya berdekatan dengan lokasi jatuhnya Black Hawk tersebut.
Peduli Muslim menceritakan bahwa suasana tegang masih meliputi Mogadishu, dan Somalia secara umum. Begitu tim landing di Aden Adde International Airport Mogadishu, tim langsung dijemput mobil double cabin yang dikawal tentara bersenjata, lalu diantar ke penginapan yang dipasangi barrier sehingga malah tampak seperti penjara. Meskipun demikian, tim Peduli Muslim menyampaikan bahwa sambutan dan perlakuan orang-orang Somalia yang ditemui sangat ramah dan bersahabat. Mereka bahkan senang ketika tahu masyarakat Indonesia memerhatikan kondisi mereka, meski berbeda benua.
Peduli Muslim menyatakan kekagetannya begitu melihat kondisi para pengungsi di Mogadishu, apalagi dengan jumlah yang terbilang fantastis, +/- 600.000 jiwa. Para pengungsi ini banyak yang berasal dari pelosok hingga perbatasan Somalia. Salah satu anggota tim, Fadhlun, menyampaikan ceritanya bahwa ia menjumpai salah satu pengungsi wanita yang berjalan mengungsi dari tempat tinggalnya, dengan membawa lima orang anaknya. Akan tetapi, begitu sampai di tempat pengungsian di Mogadishu, anaknya hanya tersisa dua. Tiga anaknya yang lain meninggal dunia di tengah perjalanan.
Fadhlun juga menyampaikan bahwa titik-titik lokasi pengungsian bermunculan seperti jamur, bukan hanya di Mogadishu, tetapi juga terlihat di kota tempat tim Peduli Muslim transit perjalanan udara, kota Hargeisa. Maka, sulit dibayangkan kondisi warga Somalia yang tinggal di pelosok, dan jauh dari akses bantuan. Belum lagi urusan kesehatan pengungsi yang merupakan hal yang tak kalah cukup pelik. Tenaga kesehatan, obat-obatan, peralatan medis dan fasilitas kesehatan tidak sebanding dengan jutaan warga Somalia yang membutuhkan perawatan, terutama ratusan ribu jiwa yang mengungsi. Dalam hal ini, pengurus pusat Peduli Muslim merencanakan mengirimkan tim relawan medis dalam misi kemanusiaan berikutnya.
Jumlah pengungsi yang sangat banyak, membuat tim Peduli Muslim sangat berhati-hati dalam melakukan distribusi bantuan, dan mengatur strategi agar tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Akhirnya, atas saran dari mitra NGO (Non Government Organization) lokal, distribusi bantuan tidak dilakukan di camp pengungsian, tetapi dilakukan di lokasi yang jauh dari pengungsian. NGO lokal membantu dalam hal pemilihan pengungsi yang sangat butuh menerima bantuan, yang kemudian diminta datang di lokasi distribusi. Meskipun demikian, Peduli Muslim sekali menyempatkan membagikan sarapan kepada 1.000 keluarga di camp pengungsian.
Semoga Allah ta’ala memberikan kesabaran bagi saudara-saudara kita di Somalia. Dan semoga Allah ta’ala memberikan keikhlasan bagi kita semua dalam membantu mereka, serta menjaga semangat kita untuk terus berkhidmat untuk kemaslahatan kaum muslimin. Aamiin.